BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, semakin terbukanya kesempatan untuk berkomunikasi secara internasional dan pasar bebas yang segera dilaksanakan menuntut bangsa Indonesia memiliki kompetensi yang kompetitif di segala bidang. Indonesia tidak bisa lagi hanya mengandalkan sumber daya alam dan kemampuan fisik saja untuk mencapai kesejahteraan bangsanya, tetapi harus lebih mengandalkan pada sumber daya manusia yang profesional. Salah satu syarat untuk mencapainya adalah kemampuan berbahasa Inggris, khususnya untuk berkomunikasi secara lisan maupun tertulis. Penguasaan ini sangat penting karena hampir semua sumber informasi global di berbagai aspek kehidupan menggunakan bahasa Inggris. Penguasaan bahasa Inggris tidak hanya untuk mencapai tujuan-tujuan secara makro saja, tetapi kemajuan jaman sangat menuntut individu-individu untuk meningkatkan kapabilitas dirinya, yang pada akhirnya akan mendukung pencapaian tujuan secara makro (Titik, 2003:2).
Bahasa inggris berperan penting, penggunaan bahasa inggris semakin dirasakan mendesak untuk bisa mengikuti perkembangan. Perkembangan dibidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta informasi, bahasa inggris tidak lagi menjadi sesuatu yang asing di telingah kita bahkan sekarang menjadi kebutuhan pokok untuk menguasai bahasa inggris karena bahasa inggris sebagai bahasa internasional, maka butuh keseriusan dalam pengajaran bahasa inggris sehingah siswa mampu berbahasa inggris dengan baik. penguasaan bahasa inggris merupakan alat untuk komunikasi secara lisan dan tulis. Bahasa inggris mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lain, perbedaan ini terletak fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, hal ini mengindikasikan bahwa belajar bahasa inggris bukan saja belajar kosa kata dan tata bahasa dalam arti pengetahuannya, tetapi harus berupaya menggunakan atau mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kegiatan komunikasi.
Seorang siswa belum dapat dikatakan menguasai bahasa inggris kalau dia belum dapat menggunakan bahasa inggris untuk keperluan komunikasi. Memang diakui bahwa seseorang tidak mungkin akan dapat berkomunkasi dengan baik kalau pengetahuan kosa katanya rendah, akan tetapi yang lebih penting penguasaan kosa kata tersebut dimanfaatkan dalam kegiatan komunikasi dengan bahasa inggris. Unsur lain tak kalah penting adalah penguasaan tata bahasa, karena tata bahasa membantu seseorang untuk mengungkapkan gagasannya dan membantu si pendengar untuk memahami gagasan yang di ungkapkan orang lain.
Penguasan bahasa inggris merupakan persyaratan penting bagi keberhasilan individu, masyarakat dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global, karena bahasa inggris merupakan bahasa internasional, maka dalam belajar bahasa inggris disamping harus tetap berpedoman pada prinsip-prinsip bahasa asing pada umumnya, juga dalam belajar bahasa inggris orang harus mengenal ketrampilan reseptif dan ketrampilan produktif. Ketrampilan reseptif meliputi ketrampilan menyimak (listening) dan ketrampilan membaca (reading) sedangkan ketrampilan produktif meliputi meliputi ketrampilan berbicara (speaking) dan ketrampilan menulis (writing), baik ketrampilan reseptif maupun ketrampilan produktif perlu dikembangkan dalam proses pengembangan pembelajaran bahasa inggris. Hal lain yang tak kalah penting adalah masalah ucapan dan intonasi, dalam bahasa inggris intonasi mempunyai peranan sangat penting dalam berkomunikasi. Suatu hal yang sering dikeluhkan oleh siswa yang belajar bahasa inggris adalah bahwa bahasa inggris mempunyai kata-kata yang artinya tidak hanya satu.
Salah stu cirri kurikulum mata pelajaran bahasa inggris adalah tersusunnya materi pelajaran berdasarkan tema-tema tertentu yang disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa, lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni budaya dan juga untuk pembinaan hubungan dengan bangsa-bangsa lain. Dengan demikian materi pembelajaran tergantung dari pengembangan materi yang dilakukan guru yang bersangkutan yang disesuaikan dengan situasi kelas yang sedang diajar, yang mana pembelajaran bahasa inggris lebih mengutamakan kompetensi komunikatif siswa.
Pandangan-pandangan tentang pembelajaran bahasa inggris sebagai bahasa asing, atau bahasa kedua akhir-akhir ini telah berubah secara signifikan. Beberapa asumsi yang ada sebelumnya telah ditinggalkan dan berubah, muncul asumsi-asumsi inovatif dalam pembelajaran sebagai usaha membantu siswa mengembangkan keterampuilan penguasaan bahasa inggris sebagai bahasa asing atau bahasa kedua. Beberapa asumsi tersebut menurut (Hawayan 1993) adalah sebagai berikut : yaitu pembelajaran bahasa inggris lebih menekankan pada pembelajaran bahasa sebagai keseluruhan (Teaching language as a whole) merupakan sistim yang saling berkaitan, dimana pembelajaran harus secara natural dan holistic melaluai bahasa yang fungsional yang digunakan untuk tujuan-tujuan autentik dan diorganisasikan berdasarkan tema-tema bukan berdasarkan unit, pemilihan topic dan tema berdasarkan kebutuhan siswa, sehingga peran siswa berubah dari penerimaan pengetahuan bahasa secara pasif kearah aktif membuat keputusan dalam proses belajar bahasa inggris dan sebagai penggerak kreatif dalam perolehan bahasa.
Dalam rangka meningkatkan keterampilan speaking pada perinsipnya pembelajaran bahasa inggris ditekankan secara natural dimana belajar bahasa berdasarkan pengguna bahasa dalam komunikasi melalui metode composition antar teman, guru, dll tanpa memperhatikan bahasa ibu dan mungkin tanpa melakukan analisis grammer atau drill atau teori grammer tertentu. Disini menekankan pada pengalaman atau input yang pendekatannya mengajarkan kemampuan komunikatif, karena itu kosa kata mendapat peranan yanga paling penting.
Hasil penelitian tentang pengajaran bahasa asing di Belanda (2002) menunjukkan bahwa dalam pengajaran bahasa asing senantiasa menekankan pada kemampuan mendengar dan berbicara untuk tingkat pemula, sedangkan kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis secara integral diajarkan pada tingkat menengah dan tingkat atas, hasil penelitian ini bermakna bahwa dalam pengajaran bahasa asing masing-masing jenjang pendidikan memiliki penekanan yang berbeda-beda.
Revisi GBPP 1994 menyatakan pelajaran Bahasa Inggris harus memberikan penekanan yang sama pada keempat keterampilan berbahasa dengan tujuan untuk membantu siswa agar mampu membaca, mendengar, berbicara, dan menulis dalam Bahasa Inggris (Depdiknas: 2000).
Namun, pada kenyataanya terdapat banyak hal yang tidak mendukung perkembangan keempat keteramipalan berbahasa tersebut. Faktor pertama berkaitan dengan siswa sendiri. Pada umumnya siswa tidak tahu bagaimana cara belajar Bahasa Inggris secara efektif. Selain itu mereka memiliki motivasi belajar yang rendah. Bahkan, mungkin menganggap Bahasa Inggris sebagai pelajaran pelengkap saja. Mereka tidak menyadari akan pentingnya Bahasa Inggris, misalnya untuk bersaing di dunia luar . Akibatnya, mereka tidak mengikuti pelajaran dengan baik di kelas. Faktor kedua berkaitan dengan guru Bahasa Inggrisnya sendiri, Banyak guru yang masih merasa bahwa kemampuan dan pengalaman berbahasa Inggris mereka masih sangat kurang. Akibatnya, mereka tidak menggunakan Bahasa Inggris di kelas, bahkan untuk sekedar memberikan instruksi. Faktor ketiga metode-metode pembelajaranya kurang ekfektif dan kadang tidak sesuai dengan porsi yang diajarkan akibatnya siswa merasah jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa inggris. Faktor selanjutnya berkaitan dengan keterbatasan media, sumber, fasilitas dan peralatan yang ada di sekolah. Akibatnya aktivitas belajarpun menjadi monoton. Permasalahan-permasalahan yang ada tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Dari uraian diatas mendorong penulis untuk membuat skripsi berjudul : PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI METODE CONVERSATION DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN DAN KEBERANIAN SISWA BERBICARA BAHASA INGGRIS DI KELAS IV SDN PETIYINTUNGGAL DUKUN GRESIK agar dapat meningkatkan keterampilan dan meningkatkan keberanian siswa dalam berbicara bahasa inggris.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di depan, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam sekripsi ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran bahasa inggris dengan metode conversation di kelas IV SD Petiyintunggal Dukun Gresik?
2. Bagaimana ketrampilan dan keberanian berbicara bahasa inggris siswa di kelas IV SD Petiyintunggal Dukun Gresik?
3. Apakah ada peningkatan keterampilan dan keberanian siswa dalam berbicara bahasa inggris di kelas IV SD Petiyintunggal Dukun Gresik?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian ini adalah :
1. Memperbaiki metode-metode pembelajaran bahasa inggris di kelas IV SDN Petiyintunggal.
2. Merubah siswa untuk meningkatkan ketrampilan dan keberanian siswa berbicara bahasa inggris.
3. Ingin mengetahui sejauh mana metode conversation dapat merubah siswa dalam meningkatkan keterampilan dan keberanian berbicara bahasa inggris.
D. Kegunaan Penelitian
1. Penelitian diharapkan dapat berguna bagi guru-guru bahasa inggris
dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan bahasa inggris
2. Sebagai data awal untuk merumuskan metode-metode lebih lanjut
dalam usaha mengembangkan keterampilan pembelajaran bahasa
inggris.
3. Sebagai bahan evaluasi dan fikiran dalam usaha meningkatkan atau
mengembangkan keterampilan berbahasa inggris.
E. Pembatasan istilah / masalah
Berdasarkan tema judul diatas, agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu dirumuskan pembatasan istilah, sebab secara teori paradigma yang ditawarkan oleh Thomas Kun (George Ritzer, 1988), bahwa setiap masalah akan dapat disimpulkan oleh setiap orang berdasarkan latar belakang dan cara memandang persoalan tersebut.
Adapun istilah-istilah yang perlu dibatasi dan diuraikan maksudnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran Bahasa Inggris
pembelajaran bahasa inggris tidak jauh beda dengan pembelajaran bahasa-bahasa lain. Beberapa teori pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Pavlov dan Skinner mengatakan bahwa belajar adalah proses kerja dari pembiasaan-pembiasaan dan diproses dengan didukung dengan dorongan-dorongan stimulus-respon. Kognitif mendiskripsikan belajar sebagai proses yang harus dimaknai oleh pelakunya.
Dari beberapa teori tersebut, peneliti mendefinisikan bahwa belajar merupakan proses yang di dalamnya terdapat perubahan dari siswa yang tidak mampu menjadi mampu sebagai akibat dari aktivitas belajar tersebut. Seorang guru seharusnya mampu merancang aktivitas belajar berdasarkan teori-teori belajar tersebut sebelum diterapkan di kelasnya, dan menciptakan suasana belajar yang membantu siswa untuk menggunakan bahasa seakan-akan mereka berada dalam situasi komunikasi yang nyata, sehingah hal itu memudahkan siswa memahami bahasa inggris baik itu dalam aspek listening, speaking, reading, writing, dan grammar, dan mampu menerapkanya dalam keseharianya.
2. Metode conversation
Metode conversation yakni metode percakapan dimana siswa belajar berinteraksi dengan mengunakan bahasa inggris baik dengan temanya sendiri atau dengan guru bahkan bisa dengan dirinya sendiri di depan cermin, metode ini juga bisa digunakan dengan membentuk kelompok kemudian membahas sebuah permasalahan bersama-sama dengan berbicara bahasa inggris. Sehingah siswa terbiasa mengucapkan bahasa inggris.
3. Keterampilan Dan Keberanian Siswa
Keterampilan speaking pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang yang didalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah maupun yang timbal balik ataupun keduanya. Seseorang yang memiliki ketermapilan speaking yang baik, akan memiliki kemudahan didalam pergaulan, dan mampu berinteraksi dengan pihak asing. Dengan keterampilannya segala pesan yang disampaikannya akan mudah dicerna, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dengan siapa saja. Maka tujuan dari meningkatkan keterampilan speaking adalah supaya siswa mampu berinteraksi, mampu menyatakan sikap terhadap sesuatu, menyatakan perasaan marah, senang, sedih.dan lain-lain mengunakan bahasa inggris dengan baik melihat dari petingnya bahasa inggris di zaman ini.
Semua itu harus di dukung dengan keberanian siswa dalam berinteraksi mengunakan bahasa inggris kalau tidak ada keberanian untuk mengungkapkan apa yang harus di bicarakan maka keterampilan dalam mengunakan bahasa inggris tidak akan tercapai dengan baik, keberanian pada dasarnya perlu di latih siswa tidak akan tumbuh keberanianya kalau tidak ada metode yang mampu merangsang keberanian siswa karena keberanian tidak tumbuh begitu saja tanpa ada pelatihan secara bertahab.
4. Berbicara Bahasa Inggris
Salah satu dari sekian banyak jenis bahasa yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang adalah bahasa Inggris karena bahasa ingris adalah sebagai bahasa internasional, apa bila kita mau berinteraksi dengan korang luar selain Negara kita sendiri maka di butuhkan keahlian dalam berbicara bahasa inggris, sedangkan berbicara bahasa inggris itu tidak muda butuh belajar untuk mengunakan bahasa tersebut salah satunya adalah latihan-latihan berbicara mengunakan bahasa inggris
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis memperinci dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, penulis membahahas pokok-pokok pikiran untuk memberikan gambaran terhadap inti pembahasan, pokok pikiran tersebut masih bersifat global. Pada bab ini terdiri dari latar belakang, Identifikasi Masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Pembatasan istilah / masalah. dan Sistematika pembahasan.
BAB II Memaparkan tentang Kajian Kepustakaan yang berkaitan dengan Konsep PTK, Pembelajaran bahasa Inggris, Standart kurikulum tingkat dasa (SD), Factor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa Inggris tingkat dasar, Permasalahan Pembelajaran Bahasa Inggris di SD, dan Metode conversation
BAB III Metodelogi penelitian, yang mana dalam bab ini akan dibahas pendekatan dan jenis penelitian, Subyek Dan Obyek Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data
BAB IV Laporan hasil penelitian terdiri dari Gambaran Setting Penelitian meliputi, Free test ,Siklus I dan II
BAB V Penutup yang dimana pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dari pembahasan, dan juga saran atas konsep yang telah ditemukan pada pembahasan, pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep PTK
1. Sejarah penelitian tindakan kelas
Lahirnya rancangan penelitian tindakan kelas dapat di telusuri dari awal penelitian dalam ilmu pendidikan yang di inspirasi melalui pendekatan ilmiah yang di advokasi oleh filsuf jhon Dewey(1910) dalam bukunya How We Think dan The Source of a Science of Education
Pendekatan ilmiah yang di gunakan Dewey sangat ideal,namun pendekatan demikian tidak mampu menyelesaikan masalah menjadi sebuah inkuiri sosial maupun kependidikan yang merupakan sebuah upaya kolaboratif dengan munculnya sebuah kebutuhan yang mendesakdalam ilmu pendidikan yang lebih menfokuskan pada masalah praktek bukan teori.kebutuhan terhadap sebuah upaya kolaboratif dan menyibak tabir pendidikan semakin hari di rasakan semakin mendesak
Pada akhir tahun 1970 dan awal 1980 di Amerika serikat muncul keinginan mewujudkan kolaborasi, dengan demikian mampu mengembangkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan untuk itu, Gidionse(1983) dalam bukunya suharsimi arikunto(penelitian tindakan kelas,mengemukakan perlu di lakukan restorasi terhadap pendekatan penelitian sehingga penelitian itu merupakan suatu investigasi terkendali terhadap berbagai faset pendidikan dan pembelajaran dengan cara reflektif dan sistematis
Dukungan kolaboratif semakin meluas,upaya kolaboratif ini di kenal sebagai suatu penelitian tindakan(action research)
Penelitian tindakan mengalami masa kemunduran selama kurang lebih dua puluh tahun sejak Hogkinson(1957)mengadvokasinya.menurut sejarah kelahiran penelitian tindakan sesungguhnya sudah pernah di gunakan Stephen M. Carey(1950) untuk memperbaiki taraf kehidupan etnik Indian Amerika
Dalam ilmu sosial,Kurt levin(dalam Mc Taggart,1993) memahami antara hubungan teory dan praktek sebagai aplikasi dari hasil penelitian.menurut levin kekuatan dari tindakan terletak pada fokus penelitian yaitu masalah-masalah sosial spesifik.
Kemmis(1982) bahkan menegaskan bahwa theory and actionmight develop together from aplication of the scientific approach.tokoh penelitian tindakan, yang juga aktor sosial adalah Stephen M.Corey(1949,1952,1953). Ia mempelopori pemanfaatan penelitian tindakan kelas.
2. Pengertian PTK(penelitian tindakan kelas)
PTK(penelitian tindakan kelas) suatu proses di mana guru ¬–dosen dan siswa-mahasiswa menginginkan terjadinya perbaikan,peningkatan dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan pembelajaran di kelas dapat tercapai secara optimal(djunaidi ghony,2008)
PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran yang di lakukan secara kolaboratif,melibatkan partisipan bersama-sama bergabunguntuk mengkaji praktik pembelajaran dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan
Selanjutnya Kemmis dan Taggart (1988: 5-6 ) menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktik ini dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.
Berdasarkan dari beberapa definisi penelitian tindakan di atas,dapat di simpulkan bahwa penelitian tindakan menekankan pada kegiatan( tindakan) dengan menguji cobakan ke dalam praktik atau situasi nyata dalam skala mikro,yang di harapkan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
3. Fungsi,tujuan dan manfaat PTk(penelitian tindakan kelas)
a) fungsi PTK(penelitian tindakan kelas)
Sebagaimana yang di kemukakan oleh Cohen danManion(1980))bahwa penelitian tindakan mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan diagnosis dalam situasi tertentu.
b. Alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau yang inovatif pada pengajaran.
c. Alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru di lapangan dan penelitian Akadmis, serta memperbaiki kegagalan penelitian tradisional.
d. Alat untuk menyediakan altrenatif yang lebih baik untuk mengantisipasi pendekatan yang lebih subjectif, improsionistik dalam memecahkan masalah di kelas.
Sedangkan bidang garapan penelitian tindakan meliputi:
1. Metode mengajar
2. Strategi belajar
3. Prosedur evaluasi
4. Perubahan sikap dan nilai
5. Pengembangan jabatan guru
6. Pengelolaan dan pengendalian
7. Administrasi
b) Tujuan PTK (penelitian tindakan kelas)
Dasar utama di laksanakan penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan. kata perbaikan di sini terkait dengan memiliki konteks dengan proses pembelajaran. Jika tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar maka tujuan itu dapat di capai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbgai persoalan pembelajaran.
c) Manfaat PTK
Manfaat yang terkait dengan komponen pembelajaran antara lain :
a. Inovasi pembelajaran
Pada aspek Inovasi pembelajaran, guru perlu memiliki keinginan untuk senantiasa mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu menghasilkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya.
b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas
Pada aspek pengembangan kurikulum, penelitian tindakan kelas dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru. Guru harus bertanggung jawab terhadap pengembangan kurikulum dalam tingkat sekolah atau kelas. Ini relevan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) PTK akan bermanfaat jika digunakan sebagai sumber masukan untuk manajemen dan pengembangan KTSP.
c. Peningkatan profesionalisme Guru
PTK merupakan salah satu cara yang tepat yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami permasalahan yang terjadi di kelasnya untuk kemudian meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara professional.
e) Prinsip dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
1. Prinsip dalam melaksanakan PTK adalah sebagai berikut :
a) Tidak boleh mengganggu PBM dan tugas mengajar
b) Tidak boleh terlalu menyita waktu
c) Metodologi yang digunakan harus tepat dan terpercaya
d) Masalah yang dikaji harus benar-benar ada dan terpercaya
e) Memegang etika kerja (minta izin, membuat laporan dan lain-lain)
f) PTK dimulai dari permasalahan pembelajaran yang sederhana, konkret,jelas dan tajam.
2. karakteristik penelitian tindakan kelas
a) bersifat situasional kontekstual yang terkait dengan mendiagnosis dan memecahkan masalah dalam konteks tertentu
b) menggunakan pendekatan yang kolaboratif
c) bersifat partisipatori(jika penelitian tindakan di lakukan secara tim),yakni masing-masing anggota timikut mengambil bagian dalam pelaksanaan penelitian
d) penelitian tindakan di lakukan dengan spiral mawas diri,yaitu spiral siklus perencanaan,tindakan(pelaksanaan rencana),observasi,mawas diri dan selanjutnya perencanaan kembali
e) penelitian tindakan melibatkan pembuatn jurnal pribadi yang mengandung kemajuan dan mawas diri tentang dua bentuk belajar yang paralel, yaitu belajar tentang praktek yang di teliti(bagaimana praktek penelitian berkembang)dan belajar tentang proses penelitiannya(bagaiman aproyek penelitian tindakan peneliti berjalan
f) penelitian tindakan memulai dari hal-hal yang kecil,dengan melaksanakan perubahan yang dapat di coba dengan hanya satu orang berikutnya berupaya mencapai perubahan yang lebih besar,bahkan nantinya menghasilkan pembaharuan di kelas,sekolah atau kebijakan dan praktik seluruh sistem.
g) Penelitian tindakan terbuka terhadap bukti(data),yang di libatkan tidak hanya pembuatan catatan yang menggambarkan apa yang terjadi seakurat mungkin,tetapi juga pengumpulan dan analisis penilaian,reaksi dan kesan yang mungkin terjadi
Berdasarkan poin-poin pokok dalam penelitian tindakan tersebut,memberikan gambaran bahwa sebenarnya penelitian tindakan adalah meningkatkan praktik tertentu pada situasi tertentu dan pelaksanaan kegiatannya selalu melibatkan banyak orang.
B. Pembelajaran Bahasa Inggris
a. Pengertian
Pembelajaran bahasa inggris tidak jauh beda dengan pembelajaran bahasa-bahasa lain. Beberapa teori pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Pavlov dan Skinner mengatakan bahwa belajar adalah proses kerja dari pembiasaan-pembiasaan dan diproses dengan didukung dengan dorongan-dorongan stimulus-respon. Kognitif mendiskripsikan belajar sebagai proses yang harus dimaknai oleh pelakunya.
Dari beberapa teori tersebut, peneliti mendefinisikan bahwa belajar merupakan proses yang di dalamnya terdapat perubahan dari siswa yang tidak mampu menjadi mampu sebagai akibat dari aktivitas belajar tersebut. Seorang guru seharusnya mampu merancang aktivitas belajar berdasarkan teori-teori belajar tersebut sebelum diterapkan di kelasnya, dan menciptakan suasana belajar yang membantu siswa untuk menggunakan bahasa seakan-akan mereka berada dalam situasi komunikasi yang nyata, sehingah hal itu memudahkan siswa memahami bahasa inggris baik itu dalam aspek listening, speaking, reading, writing, dan grammar, dan mampu menerapkanya dalam keseharianya.
Surat Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0487/4/1992 tentang Kurikulum Muatan Lokal dan No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 tentang dimungkinkannya program bahasa Inggris lebih dini sebagai satu matapelajaran muatan lokal yang dapat dimulai dari kelas 4 SD. (Sri Ekonomi, 2006). Sejak itulah pengajaran bahasa Inggris di SD mulai marak.
Mulanya kebijakan tersebut ditindak lanjuti oleh provinsi-provinsi yang ada di pulau Jawa bahwa bahasa Inggris merupakan matapelajaran muatan lokal pilihan. Seiring dengan pesatnya perkembangan, sekolah-sekolah di daerah merasa sudah saatnya pula untuk mengajarkan bahasa Inggris sebagai muatan lokal.
Dalam proses perkembangannya di beberapa daerah, bahasa Inggris yang semula sebagai matapelajaran muatan lokal pilihan menjadi matapelajaran muatan lokal wajib. Kurikulum matapelajaran muatan lokal ini tidak dikembangkan oleh Pusat kurikulum Depdiknas, tetapi dikembangkan oleh Depdiknas tingkat provinsi.
b. Tujuan
Sesuai dengan UU sisdiknas bab II pasal 3 tentang dasar,fungsi dan tujuan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Sehingah pembelajaran bahasa inggris secara umum adalah mengembangkan kreatifitas anak untuk menguasai bahasa asing, sehingah siswa mampu berinteraksi dengan pihak asing dan bisa bersaing di dunia global karena bahasa inggris adalah bagian dari bahasa internasional,
Sedangkan kenapa proses pembelajaran bahasa inggris di perkenalkan di tingkat dasar? Ada dua faktor dari tujuan pembelajaran bahasa Inggris di tingkat dasar. Pertama, mereka memiliki pendengaran dan memori yang tajam (pada usia ini merupakan puncak kemampuan mereka sebelum usia 12 tahun) mereka dapat belajar mengikuti bunyi dengan cepat dan tepat serta dapat menguasai pembelajaran baru tanpa kesulitan. kedua anak-anak memiliki hambatan yang lebih sedikit, merespon dengan senang, dan spontan. Pandangan-pandangan yang demikian itulah yang sangat mendukung pengenalan bahasa asing pada jenjang dasar (SD).
C. Ketetrampilan dan Keberanian Berbicara
a. Ketrampilan Berbicara
Disadari bahwa keterampilan berbicara seseorang, sangat dipengaruhi oleh dua faktor penunjang utama yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah segala sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang tersebut, baik fisik maupun non fisik (psykhis), faktor pisik adalah menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan didalam berbicara misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir, sedangkan faktor non fisik diantaranya adalah: kepribadian (kharisma), karakter, temparamen, bakat (talenta), cara berfikir dan tingkat intelegensia. Sedangkan faktor eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Namun demikian, kemampuan atau keterampilan berbicara tidaklah secara otomatis dapat diperoleh atau dimiliki oleh seseorang, walaupun ia sudah memiliki faktor penunjang utama baik internal maupun eksternal yang baik. Kemampuan atau keterampilan berbicara yang baik dapat dimiliki dengan jalan megasah dan mengolah serta melatih seluruh potensi yang ada.
Pada dasarnya seorang pembicara yang handal adalah seseorang yang ketika ia berbicara, baik dalam komunitasi formal (presentasi, ceramah, dll.) maupun informal (pergaulan) memiliki daya tarik yang rhetoris (mempesona) dengan isi pembicaraan yang efektif (sistematis, benar/tepat, singkat dan jelas dengan bahasa yang tepat) sehingga orang yang mendengarkannya dapat mengerti dengan jelas dan tergugah perasaannya.
Singkatnya, semua orang apapun profesinya, bila didalam kegiatannya menggunakan komunikasi (pembicaraan) sebagai sarananya, maka ia perlu memiliki keterampilan berbicara, terlebih lagi sebagai seorang tenaga pendidik, penyiar, atupun profesi lainnya.
b. Keberanian Berbicara
kebaranian berbicara di dasarkan pada mentalitas diri seseorang, kalau orang itu mentalnya kuat maka secara tidak langsung akan tumbuh keberania dia untuk berbicara. Ada beberapa keberanian berbicara seperti : ceramah, pidato, orasi, mengungkapkan usulan, dll semua itu membutuhkan keberanian untuk mengungkapkan apa yang dia fikirkan.
D. Standart Kurikulum Tingkat Dasar (SD)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Standart kurikulum sudah di atur dalam BSNP "Badan Standart Nasional Pendidikan" dimana kurikulum yang di gunakan sekarang adalah KTSP "Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan" sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Dalam BSNP diatur adanya Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global di poin A di terangkan Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
Standart kurikulum tingkat dasar sudah di atur dalam pp 19/2005 pasal 7 ayat 3 bawasanya Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/ SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan. Di aspek bahasa inilah siswa di ajarkan bahasa asing khususnya bahasa inggris yang sangat di butuhkan hari ini sehingah siswa bisa bersaing secara global.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kita dapat mengetahui posisi matapelajaran Bahasa Inggris di SD/MI termasuk kelompok matapelajaran estetika. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk matapelajaran bahasa Inggris untuk SD/MI yang dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan atau SKL adalah sebuah acuan kompetensi yang harus dimiliki seorang anak jika dia lulus pada jenjang pendidikan tersebut. Berikut ini adalah SKL mata pelajaran bahasa Inggris untuk SD/MI.
1. Mendengarkan
Memahami instruksi, informasi, dan cerita sangat sederhana yang disampaikan secara lisan dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar.
2. Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana intrpersonal dan transaksional sangat sederhana dalam bentuk instruksi dan informasi dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar.
3. Membaca
Membaca nyaring dan memahami makna dalam instruksi, informasi, teks fungsional pendek, dan teks deskriptif bergambar sangat sederhana yang disampaikan secara tertulis dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar.
4. Menulis
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sangat sederhana dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.
E. Factor-faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Bahasa Inggris Tingkat Dasar
Ada 5 faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa Inggris Faktor pertama berkaitan dengan siswa sendiri. Pada umumnya siswa engan belajar bahasa inggris karena di angap sulit. Selain itu mereka memiliki motivasi belajar yang rendah. Bahkan, mungkin menganggap Bahasa Inggris sebagai pelajaran pelengkap saja. Mereka belum menyadari akan pentingnya Bahasa Inggris, misalnya untuk bersaing di dunia luar . Akibatnya, mereka tidak mengikuti pelajaran dengan baik di kelas. Faktor kedua berkaitan dengan guru Bahasa Inggrisnya sendiri, Banyak guru yang masih merasa bahwa kemampuan dan pengalaman berbahasa Inggris mereka masih sangat kurang. Akibatnya, mereka tidak menggunakan Bahasa Inggris di kelas, bahkan untuk sekedar memberikan instruksi. Disamping tinjauan tersebut, masih banyak guru bahasa Inggris di SD yang mengajar hanya berdasarkan buku teks yang tersedia, bukan berdasarkan standar kompetensi yang telah dimuat dalam SKL dan SI untuk mutan lokal bahasa Inggris di SD. Mungkin saja hal ini disebabkan ketidaktahuan mereka tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai oleh siswa yang mempelajari bahasa Inggris sebagai muatan lokal. Hal lain yang cukup berpengaruh adalah keberanian guru berkreasi dalam proses pembelajaran serta kesediaan sekolah untuk mendukung terciptanya suasana pembelajaran bahasa Inggris yang kondusif masih kurang.
Faktor ketiga metode-metode pembelajaranya kurang ekfektif dan kadang tidak sesuai dengan porsi yang diajarkan akibatnya siswa merasah jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa inggris. Faktor ke empat yaitu lingkungan yang sangat mempengaruhi dalam memotifasi belajar bahasa inggris, kalau lingkungan tersebut di bentuk sehari-harinya mengunakan percakapan bahasa inggris maka siswa akan mudah mengunakan bahasa inggris. Faktor selanjutnya berkaitan dengan keterbatasan media, sumber, fasilitas dan peralatan yang ada di sekolah. Akibatnya aktivitas belajarpun menjadi monoton. Permasalahan-permasalahan yang ada tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Si penulis mencoba mengulas tentang metode pembelajaran ada beberapa hal yang dalam faktor-faktor metode yang dapat meningkatkan ketrampilan dan keberanian siswa untuk berbicara bahasa inggris yaitu:
1. Guru Selalu pertahankan kemampuan bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris agar kelancaran berbahasa tetap terjaga. Hal ini perlu karena dapat memotivasi murid-murid untuk dapat berbicara dengan lancar. Untuk membentuk lingkungan berbahasa inggris. Oleh karena itu, penulis memiliki usul agar para guru Bahasa Inggris mengunakan metode conversation untuk ajang melatih ketrampilan berbicara bahasa inggris.
2. Selalu menekankan fungsi dan aplikasi dari semua unsur tata bahasa yang diterangkan kepada siswa. Pastikan bahwa siswa benar-benar mengerti kapan mereka harus menggunakan struktur tersebut.
3. Memberikan tambahan kosa kata yang akan bermanfaat untuk percakapan sehari-hari pada siswa dan perkenalkan siswa dengan gambar-gambar atau menulisi setiap fasilitas di kelas dengan bahasa inggris, seperti papan tulis, sapu, penghapus dll. Dan juga memberikan majalah anak yang disukai anak-anak yang berbahasa Inggris agar mereka menjadi gemar membaca dan memperoleh banyak tambahan kosakata dari majalah tersebut. Dengan demikian, siswa akan percaya diri untuk mengunakan bahasa inggris sehingah memicu keberanian siswa dalam berbicara bahasa inggris
4. Meskipun kita tidak memiliki kekuasaan untuk mengubah kurikulum, setidaknya pastikan bahwa pengulangan materi yang kita berikan merupakan pendalaman mengenai apa yang sudah dipelajari siswa dan bukan hanya mengulang tetapi tidak membuat siswa semakin bisa menerapkannya.
F. Metode Conversation
1. Pengertian
Metode conversation yakni metode percakapan dimana siswa belajar berinteraksi dengan mengunakan bahasa inggris baik dengan temanya sendiri atau dengan guru bahkan bisa dengan dirinya sendiri di depan cermin, metode ini juga bisa digunakan dengan membentuk kelompok kemudian membahas sebuah permasalahan bersama-sama dengan berbicara bahasa inggris. Sehingah siswa terbiasa mengucapkan bahasa inggris. Metode conversation juga bisa di padukan dengan metode-metode lain seperti metode Game, metode Quis,metode bagi peran,metode drama dll
2. Tujuan
Tujuan dari metode conversation sangat simpel sekali adalah gimana siswa dapat berbicara bahasa inggris seperti dia berbicara bahasa local karena metode ini dapat digunakan secara continue.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Penelitian ini secara umum akan mengunakan metode Partisipatory Action Research atau secara khusus bisa dikatakan Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas) yang merupakan upaya menguji ide-ide kedalam peraktek untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar diperoleh dampak nyata dan situasi untuk meningkatkan penalaran serta pemecahan terhadap situasi.
2. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk jenis partisipatif yakni penelitian dimana anggota ikut mengambil bagian dalam pelaksanaan penelitian.
2. Subyek Dan Obyek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN Petiyintunggal Dukun Gresik yang mengikuti mata pelajaran Bahasa Inggris di tahun ajaran 2008/2009 semester ganjil. Anggota dari penelitian ini adalah : peneliti, guru Bahasa Inggris kelas IV (Empat), kepala sekolah, dan siswa kelas IV (Empat). Objeknya terfokus pada Meningkatkan Keterampilan Dan Keberanian Siswa Berbicara Bahasa Inggris dengan mengunakan metode conversation.
3. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dalam bentuk deskripsi dari pendapat atau ide-ide, hambatan, pilihan dan harapan anggota penelitian. Instrumen yang digunakan adalah panduan penelitian, panduan wawancara. Untuk mencapai kebenaran, dokumen gambar, peneliti menggunakan teknik regulasi. Reliabilitas diperoleh dengan memberikan data yang asli, seperti catatan lapangan, transkrip wawancara, dan rekaman lainnnya.
1. Metode Analisis Data
Data dianalisis dengan:
a. Menentukan tema/ fokus penelitian
Langkah awal dalam melakukan action research adalah menemukan fakta dan menganalisanya.
b. Perencanaan
Untuk Meningkatkan Keterampilan Dan Keberanian Siswa Berbicara Bahasa Inggris dengan mengunakan metode conversation.
Peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran bahasa Inggris, kepala sekolah, dan siswa. Tujuannya adalah untuk membangun kepercayaan dari siswa untuk berbicara Bahasa Inggris, menyemangati siswa dalam kegiatan berbicara dan meningkatkan kemampuan mikro siswa dalam berbicara.
c. Tindakan dan Observasi
Tindakan akan diterapkan dalam 2 siklus, sebelum memulai siklus 1 dan 2 si peneliti melakukan pre test dulu untuk mengukur sejauh mana siswa dapat berbicara bahasa inggris. masing-masisng dilakukan dalam waktu 2 minggu. Peneliti akan meneliti dan memantau proses belajar-mengajar selama proses berlangsung.
Observasi dilkakukan dengan penilaian tuntas ( T ) atau tidak tuntas (TT) dengan tingkat penilaian keaktifan siswa dan keberanian siswa berbicara bahasa inggris. Analisis data yang digunakan dalam penilaian ini menggunakan analisis kualitatif diskriptif.
Dalam hal ini menggunakan rumus :
m = X 100%
r = Rata-rata
n = skor/nilai
j = jumlah siswa
P= Prosentase ketuntasan belajar
T= Jumlah siswa tuntas
J= Jumlah siswa
2. Interprestasi data
Interprestasi data akan dilaksanakan pada akhir penelitian. Apakah tindakan yang dilakukan berhasil atau tidak. Jika berhasil dapat digunakan pada proses selanjutnya, dan jika tidak maka diganti dengan tindakan yang lebih tepat.
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Setting Penelitian
Penelitian ini akan dibagi dalam dua siklus tapi sebelum melakukan siklus pertama dan ke dua si peneliti akan melakukan pre test dulu untuk mengukur sejauh mana siswa mampu berbicara bahasa inggris dan sejauh mana keberanian siswa dalam berbicara bahasa inggris.
pre test dilakukan dalam satu pertemuan dengan beberapa tahap, tahap pertama perencanaa tahap kedua kegiatan dan pelaksanaan, dan tahap terakhir observasi dan evaluasi. pre test dilakukan dengan metode conversation secara sederhana seperti menanyakan kabar "how are you?" perkenalan "What you name?" , setelah pre test di lakukan si peneliti akan menentukan materi pelajaran sesuai dengan standar kopetensi untuk bahan materi dalam siklus I dan II. Siklus I dilakukan dalam satu pertemuan dengan beberapa tahap, tahap pertama perencanaa tahap kedua kegiatan dan pelaksanaan dan tahap terakhir observasi dan evaluasi. Siklus II sama dengan siklus I.
B. Analisis Data Persiklus
1. Pre test
a. Tahap Perencanaan
Pre test di laksanakan satu pertemuan dengan mengunakan percakapan bahasa inggris secara sederhana si peneliti akan kerja sama dengan guru mata pelajaran bahasa inggris.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Seperti biasa guru masuk kelas mengucapkan salam kemudian menyapa dengan mengunakan bahasa inggris "good morning" siswa menjawab dengan serempak "morning" kemudian di teruskan oleh guru dengan menanyakan kabar "How are you all" murid pun menjawab "fine" kemudian guru meneruskan dengan kalimat perintah "open your book at page seventy six" siswa-siswa pun diam saja tanpa ada reaksi membuka buku kemudian guru pun menerjemakan "buka buku kalian di halaman tuju puluh enam".
c. Observasi dan evaluasi
Hasil Pengamatan ( observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar diatas siswa masih kurang tangap dalam percakapan bahasa inggris.
2. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Siklus I dialakukan dalam satu pertemuan dengan durasi waktu 2 jam pelajaran materi yang di sampaikan mengacu pada buku ajar yang di keluarkan oleh Dinas P dan K Kabupaten Gresik siklus I ini mengambil tema " Act our the conversation with your friend"
Rancangan pembelajaran Siklus I
SDN : Petiyintunggal
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : IV/1
Standar Kompetensi : 2. Mengungkapkan instruksi dan informasi sangat
sederhana dalam konteks kelas
Kompetensi Dasar : 2.1 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan
secara berterima yang melibatkan tindak tutur: mengenalkan diri, memberi salam/sapaan, memberi salam perpisahan, dan memberi aba-aba
Indikator : Mengungkapkan berbagai tindak tutur:
2.1.1 mengenalkan diri
2.1.2 memberi salam/sapaan
2.1.3 memberi salam perpisahan
2.1.4 memberi aba-aba
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat bercakap-cakap untuk mengenalkan
diri.
2. Siswa dapat bercakap-cakap untuk memberi
salam/sapaan.
3. Siswa dapat bercakap-cakap untuk memberi
salam perpisahan.
4. Siswa dapat bercakap-cakap untuk memberi aba-
aba.
Metode Pembelajaran : 1. Siswa melakukan tanya jawab yang berkaitan
dengan materi.
` 2. Siswa meniru pertanyaan-pertanyaan dan respon
pertanyaan.
3. Siswa dan guru membahas kosakata dan struktur percakapan sesuai materi
4. Siswa melakukan latihan percakapan dalam dialog
5. Siswa menggunakan ungkapan-ungkapan
percakapan sesuai materi dalam situasi nyata
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:
1. Kegiatan Pendahuluan
• Guru mengawali pelajaran dengan membahas materi pokok dalam bab yang sedang dipelajari
• Guru dapat meminta siswa untuk menyebutkan ujaran-ujaran yang biasa dipakai dalam situasi-situasi yang disajikan dalam buku. Sebagai contoh, jika bab yang sedang dibahas mengangkat topik introduction, guru bertanya pada siswa bagaimana cara mereka memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris.
2. Kegiatan Inti
• Guru memberikan contoh dialog-dialog yang berkaitan dengan materi.
• Guru memangil siswa untuk berpasangan maju kedepan
• Siswa berlatih dialog-dialog tersebut dengan teman-temannya (latihan ini dapat dilakukan secara berpasangan ataupun berkelompok).
• Selama siswa berlatih, guru mengitari siswa dan mencatat kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
3. Kegiatan Penutup
• Guru memperbaiki kesalahan yang dilakukan siswa (kesalahan meliputi pengucapan, penyebutan kosakata, dan tata bahasa yang pada saat itu menjadi fokus bahasan).
• Guru menilai hasil kerja siswa dalam melengkapi dialog.
• Guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk mempraktikkan dialog yang baru saja dilatih.
• Guru memberikan komentar dengan mengucapkan well done, good job, atau very good pada siswa yang berani maju ke depan agar mereka termotivasi.
Alat/Sumber Belajar:
1. Buku teks English make it joyfue, dinas P dan K kab Gresik,
2. Script percakapan yang terdapat dalam buku teks dan buku guru
3. Alat peraga yang berkaitan dengan materi ajar
4. Buku-buku lain yang relevan
Penilaian:
a. Teknik: Tes lisan
b. Bentuk: Pertanyaan
c. Contoh instrumen:
Answer the questions orally!
What is your name?
How old are you?
a. Teknik: Unjuk kerja
b. Bentuk: Performance
c. Contoh instrumen:
Act out the dialogues in front of the class!
(siswa secara berpasangan atau berkelompok mempraktikkan dialog-dialog yang sudah dipelajari)
a. Teknik : Unjuk kerja
b. Bentuk : Bermain peran
b. Contoh instrumen:
Perform a role play with your friend about asking and giving personal information!
(terdapat dialog yang harus diperagakan siswa bersama teman sekelasnya)
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Awalnya siswa disuru cari pasangan atau partner untuk lawan bicaranya tugas guru mengarahkan dari tema yang di berikan. guru pun memberikan kata yang tidak di pahami oleh siswa dari teks tersebut. dan menuliskan teks yang di bicarakan teks yang di bicarakan yaitu tentang perkenalan dengan temanya.
Pada saat awal siklus pertama pelaksanaan belum sesuai dengan rencana. Hal ini di sebabkkan:
1. Sebagian siswa belum terbiasa dengan metode dan teknik yang di terapkan
2. Sebagian siswa belum memahami metode conversation secara utuh dan menyeluruh.
Untuk mengatasi masalah di atas di lakukan upaya sebagai berikut :
1. Guru dengan intensif memberi pengertian kepada siswa tentang metode conversation dalam proses belajar mengajar.
2. Guru membantu siswa yang belum memahami langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode conversation
Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi dengan si peneliti dapat di simpulkan :
1. Siswa mulai terbiasa belajar dengan menggunakan metode conversation
2. Siswa mampu menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode conversation memiliki langkah-langkah tertentu.
c. Observasi dan Evaluasi
Hasil Pengamatan ( observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar pengamatan dilakukan sesuai dengan tingkat siswa yang aktif berbicara dengan lawan bicaranya tau partner bicaranya.
Adapun hasil dari siklus I adalah sebagai berikut :
Distribusi hasil tes pada siklus I
No Absen Skor Keterangan
T TT
1 80
2 70
3 60
4 80
5 60
6 70
7 50
8 60
9 80
10 60
11 70
Jumlah 740 6 5
Jumlah skor : 740
Jumlah skor maksimal ideal : 1100
Rata-rata skor tercapai : 67,27
Keterangan :
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 6
Jumlah siswa yang belum tuntas : 5
Klasikal : Belum Tuntas
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
1.
2.
3 Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Prosentase ketuntasan belajar 67,27
6
54.54 %
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode conversation diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 67,27 dan ketuntasan belajar mencapai 54.54 % atau ada 6 siswa dari 11 siswa yang sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siklus I secara klasikal siswa belum tuntas, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 hanya sebesar 54% lebih kecil dari prosentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 90 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode conversation belajar.
3. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
siklus II dialakukan dalam satu pertemuan dengan durasi waktu 2 jam pelajaran materi yang di sampaikan mengacu pada buku ajar yang di keluarkan oleh Dinas P dan K Kabupaten Gresik. siklus II ini mengambil tema " Act out the conversation"
Rancangan Pembelajaran Siklus II
SDN : Petiyintunggal
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : IV/1
Standar Kompetensi : 2. Mengungkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks kelas
Kompetensi Dasar : 2.2 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi jasa/barang
secara berterima yang melibatkan tindak tutur: meminta bantuan, meminta barang, dan memberi barang
Indikator : Mengungkapkan berbagai tindak tutur:
2.2.1 meminta bantuan
2.2.2 meminta barang
2.2.3 memberi barang
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat bercakap-cakap untuk meminta bantuan
2. Siswa dapat bercakap-cakap untuk meminta barang
3. Siswa dapat bercakap-cakap untuk memberi barang
Metode Pembelajaran : 1. Siswa melakukan tanya jawab yang berkaitan
dengan materi
2. Siswa meniru pertanyaan-pertanyaan dan respon
pertanyaan
3. Siswa dan guru membahas kosakata dan struktur
percakapan sesuai materi
4. Siswa melakukan latihan percakapan dalam bentuk dialog
5. Siswa menggunakan ungkapan-ungkapan
percakapan sesuai materi dalam situasi nyata
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:
1. Kegiatan Pendahuluan
• Guru mengawali pelajaran dengan membahas materi pokok dalam bab yang sedang dipelajari
• Guru dapat meminta siswa untuk menyebutkan ujaran-ujaran yang biasa dipakai dalam situasi-situasi yang disajikan dalam buku. Sebagai contoh, jika bab yang sedang dibahas mengangkat topik introduction, guru bertanya pada siswa bagaimana cara mereka memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris.
2. Kegiatan Inti
• Guru memberikan contoh dialog-dialog yang berkaitan dengan materi..
• Siswa berlatih dialog-dialog tersebut dengan teman-temannya (latihan ini dapat dilakukan secara berpasangan ataupun berkelompok).
• Selama siswa berlatih, guru mengitari siswa dan mencatat kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
3. Kegiatan Penutup
• Guru memperbaiki kesalahan yang dilakukan siswa (kesalahan meliputi pengucapan, penyebutan kosakata, dan tata bahasa yang pada saat itu menjadi fokus bahasan).
• Guru menilai hasil kerja siswa dalam melengkapi dialog.
• Guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk mempraktikkan dialog yang baru saja dilatih.
• Guru memberikan komentar dengan mengucapkan well done, good job, atau very good pada siswa yang berani maju ke depan agar mereka termotivasi.
Alat/Sumber Belajar:
1. Buku teks English make it joyfue, dinas P dan K kab Gresik,
2. Script percakapan yang terdapat dalam buku teks dan buku guru
3. Alat peraga yang berkaitan dengan materi ajar
4. Buku-buku lain yang relevan
Penilaian:
a. Teknik: Tes lisan
b. Bentuk: Pertanyaan
c. Contoh instrumen:
Answer the questions orally.
(siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru mengenai materi yang sudah dipelajari)
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan mengajar untuk siklus II dilaksanakan dalam satu pertemuan dengan jumlah siswa 11 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan sesuai dengan silabus dan RPP. Tahap pelaksanaanya tidak jauh beda dengan siklus I, siswa disuru cari pasangan atau partner untuk lawan bicaranya tugas guru mengarahkan dari tema yang di berikan. guru menanyakan dulu pada siswa kosa kata yang tidak di pahami oleh siswa dari teks tersebut. teks yang di bicarakan yaitu tentang mintak tolong.
c. Observasi dan evaluasi
Pengamatan ( Observasi ) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar tingkat ketuntasan di nilai dari keaktifan dan keberanian siswa dalam berbicara dengan temanya atau lawan bicaranya.
Distribusi Hasil Tes Pada Siklus II
No Absen Skor Keterangan
T TT
1 80 √
2 70 √
3 60 √
4 80 √
5 60 √
6 70 √
7 70 √
8 70 √
9 80 √
10 80 √
11 80 √
Jumlah 800 9 2
Jumlah skor 800
Jumlah skor maksimal ideal 1100
Rata-rata skor tercapai 72.27
Keterangan :
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 9
Jumlah siswa yang belum tuntas : 2
Klasikal : Belum Tuntas
Rekapitulasi hasil Siklus II
No Uraian Hasil Siklus I
1.
2.
3 Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Prosentase ketuntasan belajar 72.27
9
81.81 %
Dari tabel diatas diatas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode conversation diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 72.27% dan ketuntasan belajar mencapai 81.81 % atau ada 9 siswa dari 11 siswa yang sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru mengulang-ulang kata yang di bicarakan oleh siswa, sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan oleh guru dengan menerapkan metode conversation.
C. Refleksi
1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode conversation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin paham dalm penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan guru ketuntasan belajar meningkat dari siklus I dan, II yaitu masing-masing 67, 27 %, dan meningkat menjadi 72, 27 tau dari 54.54% siswa yang terampil dan berani berbicara bahasa inggris mencapai 81.81% jadi ada peningkatan 37% dari siklus I ke siklus II.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran metode conversation dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yang dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran bahasa inggris pada pokok bahasan "Act out the conversation with your friend" dan " Act out the conversation" dengan metode conversation yang paling dominan adalah bekerja dengan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan percakapan dengan sesama temanya dan berani maju kedepan untuk conversatin dengan temanya. Jadi dapat dikatakan aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris di SDN Petiyintunggal dengan mengunakan metode conversation sangat efektif dan siswa aktif selama proses pembelajaran.
2. Ketrampilan dan keberanian siswa berbicara bahasa Inggris di SDN Petiyintunggal mulai ada peningkatan dilihat dari beraninya siswa maju kedepan untuk berbicara bahasa inggris dan tingginya siswa yang tuntas dalam proses pembelajaran 9 siswa dari 11 siswa.
2. Sesuai dengan hasil analisis yang di lakukan selama penelitian dari siklus I dengan nilai rata – rata 67.27 dan II dengan nilai rata –rata 72.27 atau dari pioritas yang tuntas dari 54..54% menjadi 81.81% jadi ada peningkatan 37%, maka keterampilan siswa ada peningkatan.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar bahasa inggris dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saransebagai berikut :
1. Untuk melaksanakan metode conversation memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode conversation dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai macam metode pembelajaran walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu masalah-masalah yang dihadapinya.
3. metode conversation di perlukan secara continue sehingah siswa benar-benar terbiasa dalam mengunakan bahasa inggris.
4. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di kelas IV SDN petiyintunggal Dukun Gresik. Tahun pelajaran 2009/2010.
5. Untuk penelitian yang serupa, hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment